Ikan depik sangat khas, konon tidak terdapat
diperairan air tawar lainnya. Tubuhnya berwarna perak (silver), lebarnya
hanya 2 cm dan panjangnya mencapai 8 cm. Ikan kecil ini bagai legenda
yang dipercaya sudah hidup ratusan tahun yang lalu di Danau Laut Tawar
yang luasnya 5.472 Ha itu.
Pola berkembang biak ikan paling digemari masyarakat
Tanoh Gayo ini cukup unik. Ikan-ikan yang sudah siap memijah telurnya
bermigrasi dari Selatan ke daerah Utara danau saat musim gerimis. Ikan
ini mencari sumber mata air jernih yang dingin. Di sumber mata air itu,
kawanan ikan depik tersebut memijah milyaran telurnya, melekat
dibebatuan sekitar sumber mata air jernih itu. Setelah memijah, kawanan
ikan Depik tersebut kembali lagi ke habitas aslinya di bawah karang yang
terletak di Selatan danau.
Berdasarkan pola migrasi ikan depik, kemudian masyarakat membuat didisen untuk menangkap ikan khas Danau Laut Tawar ini. Didisen adalah batu yang disusun berbentuk kolam di dekat sumber mata air yang jernih tadi. Di pintu masuk didisen
itu dipasang bubu, sehingga ketika ikan depik yang masuk tidak bisa
keluar lagi. Ikan yang terkurung inilah dipanen oleh masyarakat sampai
puluhan kilogram jumlahnya. Pola menagkap ikan Depik dengan cara didisen dianggap kurang efektif, sehingga jarang digunakan masyarakat.
Selain menangkap ikan Depik melalui didisen, warga juga menggunakan tangkol (dalam bahasa Gayo disebut cangkul).
C.Snouck Hurgronje dalam buku Het Gajoland en Zijne Bewoners (1903)
yang diterjemahkan Hatta Hasan (1996) menggambarkan pola penangkapan
ikan Depik di awal tahun 1900. “Alat yang digunakan untuk menangkap ikan
depik bernama cangkul, sejenis jaring dengan bagian pinggirnya selebar 5 mata disebut kejer yang terbuat dari benang keri.
Keempat sudutnya masing-masing diikatkan pada 4 batang tongkat yang
terbuat dari belahan bambu yang dilengkungkan. Keempat ujungnya bertemu
dan menyatu pada satu persilangan yang disebut paruk. Dengan menggunakan sepotong bambu bulat sepanjang 2,5 meter yang disebut ger (gagang), cangkul
ini siap diturunkan persis tergantung di atas batu untuk menunggu
kawanan depik lewat. Begitu ikan masuk, cangkul inipun diangkat,”
0 komentar:
Posting Komentar