KECAMATAN ATU LINTANG KABUPATEN ACEH TENGAH PROVINSI ACEH

Kuliner Ikan Depik Khas Takengon

      Setiap daerah di nusantara memiliki bahan baku kuliner yang unik dan berbeda-beda. Bagi warga di Dataran Tinggi Gayo Aceh Tengah, ikan Depik (rasbora tawarensis) merupakan bahan baku kuliner yang paling diandalkan. Depik adalah sejenis ikan air tawar yang merupakan ikan endemik (asli) di Danau Laut Tawar, Takengon Aceh Tengah.
Ikan depik sangat khas, konon tidak terdapat diperairan air tawar lainnya. Tubuhnya berwarna perak (silver), lebarnya hanya 2 cm dan panjangnya mencapai 8 cm. Ikan kecil ini bagai legenda yang dipercaya sudah hidup ratusan tahun yang lalu di Danau Laut Tawar yang luasnya 5.472 Ha itu.
Ikan Depik khas Takengon, Aceh Tengah / Wisata Aceh
Ikan Depik khas Takengon, Aceh Tengah / Wisata Aceh
Pola berkembang biak ikan paling digemari masyarakat Tanoh Gayo ini cukup unik. Ikan-ikan yang sudah siap memijah telurnya bermigrasi dari Selatan ke daerah Utara danau saat musim gerimis. Ikan ini mencari sumber mata air jernih yang dingin. Di sumber mata air itu, kawanan ikan depik tersebut memijah milyaran telurnya, melekat dibebatuan sekitar sumber mata air jernih itu. Setelah memijah, kawanan ikan Depik tersebut kembali lagi ke habitas aslinya di bawah karang yang terletak di Selatan danau.
Berdasarkan pola migrasi ikan depik, kemudian masyarakat membuat didisen untuk menangkap ikan khas Danau Laut Tawar ini. Didisen adalah batu yang disusun berbentuk kolam di dekat sumber mata air yang jernih tadi. Di pintu masuk didisen itu dipasang bubu, sehingga ketika ikan depik yang masuk tidak bisa keluar lagi. Ikan yang terkurung inilah dipanen oleh masyarakat sampai puluhan kilogram jumlahnya. Pola menagkap ikan Depik dengan cara didisen dianggap kurang efektif, sehingga jarang digunakan masyarakat.
Ini Panjang Ikan Depik / Wisata Aceh
Ini Panjang Ikan Depik / Wisata Aceh
Selain menangkap ikan Depik melalui didisen, warga juga menggunakan tangkol (dalam bahasa Gayo disebut cangkul). C.Snouck Hurgronje dalam buku Het Gajoland en Zijne Bewoners (1903) yang diterjemahkan Hatta Hasan (1996) menggambarkan pola penangkapan ikan Depik di awal tahun 1900. “Alat yang digunakan untuk menangkap ikan depik bernama cangkul, sejenis jaring dengan bagian pinggirnya selebar 5 mata disebut kejer yang terbuat dari benang keri. Keempat sudutnya masing-masing diikatkan pada 4 batang tongkat yang terbuat dari belahan bambu yang dilengkungkan. Keempat ujungnya bertemu dan menyatu pada satu persilangan yang disebut paruk. Dengan menggunakan sepotong bambu bulat sepanjang 2,5 meter yang disebut ger (gagang), cangkul ini siap diturunkan persis tergantung di atas batu untuk menunggu kawanan depik lewat. Begitu ikan masuk, cangkul inipun diangkat,”
Share:

0 komentar:

INGAT COVID, INGAT MASKER

DATA COVID-19 INDONESIA

😷 Positif:

😊 Sembuh:

😭 Meninggal:

(Data: kawalcorona.com)

Support